Sesuai
dengan istilahnya yaitu pecinta alam, maka dua kata tersebut bermakna
orang yang mencintai alam. Karena ada rasa cinta terhadap alam, maka
mereka yang mengaku pecinta alam harus memperlakukan alam ini dengan
rasa cinta dan penuh hormat.
Tentu saja
para pecinta alam adalah juga mereka yang begitu peduli dengan
kelestarian alam, selalu menentang segala bentuk perusakan alam, cinta
segala bentuk penghijauan dan gerakan-gerakan serupa, dan juga golongan
yang tidak suka mengotori alam dengan sampah dan anti terhadap segala
bentuk corat-coret di batu atau pohon hanya untuk memamerkan sebuah
nama.
Di
Indonesia ada ratusan organisasi-organisasi pecinta alam, baik yang
bersifat umum, maupun yang ada dalam naungan sekolah ataupun kampus.
Tentu saja para anggota baru yang tertarik untuk bergabung tidak begitu
saja langsung masuk dan bangga dengan atribut baru yang dikenakan, namun
mendapatkan serangkaian pengetahuan dasar tentang alam, dan juga
hal-hal yang berkaitan dengan alam seperti pelajaran survival, climbing, diving,
dan kegiatan-kegiatan lain yang bersinggungan langsung dengan alam
bebas. Jika semua dijalani dan dihayati dengan benar, maka akan
melahirkan para anggota pecinta alam yang benar-benar mencintai alam.
Namun ironisnya, kadang beberapa anggota pecinta alam yang tidak
menghayati atribut yang menempel pada dirinya, justru menjadi “oknum”
yang merusak alam dengan meninggalkan sampah selepas berkemah,
coret-coret di dahan pohon dan bebatuan untuk menuliskan organisasi
pecinta alam kebanggaannya.
Konteks
pecinta alam sebenarnya tidak harus bersinggungan langsung dengan alam
bebas seperti pegunungan, lembah, sungai, danau, tebing atau gua.
Kecintaan terhadap alam sebenarnya dimulai dari kepedulian terhadap alam
tempat tinggal sehari-hari. Sia-sia saja bergabung dengan organisasi
pecinta alam kalau ternyata saat melihat selokan di depan rumah yang
penuh sampah tidak peduli. Atau saat melihat tayangan di televisi
tentang perambahan hutan dan pembantaian satwa tidak merasa tersakiti.
Seseorang
baru bisa dikatakan memiliki jiwa cinta alam sejati saat hatinya resah
dan murung melihat onggokan sampah dimana-mana, hutan-hutan yang
disulap menjadi perkebunan atau pertambangan, orang utan yang dibantai,
gajah yang mati terkapar karena diambil gadingnya, udara yang penuh
polusi dan juga sungai-sungai yang hitam pekat terkena limbah dan sampah
manusia. Lalu muncul sebuah pertanyaan, seberapa besarkah rasa cemas
dan resah saat melihat semua itu terjadi?
Semakin
besar keresahan tersebut, maka itu semakin bagus. Karena meskipun
seseorang tidak tergabung dalam organisasi pecinta alam manapun, kalau
rasa resah itu demikian mengganggu hatinya, maka sebenarnya itu adalah
tanda bahwa orang tersebut adalah seorang pecinta alam sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar