Rabu, 03 September 2014

Pecinta Alam Sejati


Sesuai dengan istilahnya yaitu pecinta alam, maka dua kata tersebut bermakna orang yang mencintai alam. Karena ada rasa cinta terhadap alam, maka mereka yang mengaku pecinta alam harus memperlakukan alam ini dengan rasa cinta dan penuh hormat.

Tentu saja para pecinta alam adalah juga mereka yang begitu peduli dengan kelestarian alam, selalu menentang segala bentuk perusakan alam, cinta segala bentuk penghijauan dan gerakan-gerakan serupa, dan juga golongan yang tidak suka mengotori alam dengan sampah dan anti terhadap segala bentuk corat-coret di batu atau pohon hanya untuk memamerkan sebuah nama.

Di Indonesia ada ratusan organisasi-organisasi pecinta alam, baik yang bersifat umum, maupun yang ada dalam naungan sekolah ataupun kampus. Tentu saja para anggota baru yang tertarik untuk bergabung tidak begitu saja langsung masuk dan bangga dengan atribut baru yang dikenakan, namun mendapatkan serangkaian pengetahuan dasar tentang alam, dan juga hal-hal yang berkaitan dengan alam seperti pelajaran survival, climbing, diving, dan kegiatan-kegiatan lain yang bersinggungan langsung dengan alam bebas. Jika semua dijalani dan dihayati dengan benar, maka akan melahirkan para anggota pecinta alam yang benar-benar mencintai alam. Namun ironisnya, kadang beberapa anggota pecinta alam yang tidak menghayati atribut yang menempel pada dirinya, justru menjadi “oknum” yang merusak alam dengan meninggalkan sampah selepas berkemah, coret-coret di dahan pohon dan bebatuan untuk menuliskan organisasi pecinta alam kebanggaannya.

Konteks pecinta alam sebenarnya tidak harus bersinggungan langsung dengan alam bebas seperti pegunungan, lembah, sungai, danau, tebing atau gua. Kecintaan terhadap alam sebenarnya dimulai dari kepedulian terhadap alam tempat tinggal sehari-hari. Sia-sia saja bergabung dengan organisasi pecinta alam kalau ternyata saat melihat selokan di depan rumah yang penuh sampah tidak peduli. Atau saat melihat tayangan di televisi tentang perambahan hutan dan pembantaian satwa tidak merasa tersakiti.

Seseorang baru bisa dikatakan memiliki jiwa cinta alam sejati saat hatinya resah dan murung  melihat onggokan sampah dimana-mana, hutan-hutan yang disulap menjadi perkebunan atau pertambangan, orang utan yang dibantai, gajah yang mati terkapar karena diambil gadingnya, udara yang penuh polusi dan juga sungai-sungai yang hitam pekat terkena limbah dan sampah manusia. Lalu muncul sebuah pertanyaan, seberapa besarkah rasa cemas dan resah saat melihat semua itu terjadi?

Semakin besar keresahan tersebut, maka itu semakin bagus. Karena meskipun seseorang tidak tergabung dalam organisasi pecinta alam manapun, kalau rasa resah itu demikian mengganggu hatinya, maka sebenarnya itu adalah tanda bahwa orang tersebut adalah seorang pecinta alam sejati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar